I.
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan dasar
yang ingin dicapai dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menghasilkan ketimpangan antar
daerah.
Beberapa upaya untuk mengatasi ketimpangan
pertumbuhan ekonomi antara lain dengan otonomi daerah dan pembangunan
infrastruktur tol laut. Sistem sentralistik ke desentralisasi yang didasarkan
bahwa pembangunan nasional berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh tiap-tiap
daerah. Sementara, tol laut merupakan upaya negara mewujudkan kesejahteraan,
dengan membangun sisten logistik yang melayani tanpa henti dari sabang sampai
marauke sehingga akan menekan disparitas harga antar pulau (Bappenas, 2015).
Beberapa upaya tersebut memberikan peluang kepada daerah yang relatif masih tertinggal
untuk berdiri sejajar dengan daerah maju melalui peningkatan pendapatan
regional per kapita dan peningkatan indeks pembangunan Manusia. Semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pendapatan perkapita yang dapat dibagi
untuk kesejahteraan masyakatnya.
Pensejajarkan diri dengan daerah maju yang
dilakukan oleh daerah miskin dikenal dengan istilah konvergensi. Saat
pertumbuhan ekonomi di daerah miskin berjalan sangat cepat, bahkan lebih cepat
dari negara kaya, maka bukan tidak mungkin suatu saat pendapatan per kapita
yang diperoleh daerah miskin akan menyamai daerah kaya (Barro dan Sala I
Martin, 1991). teori pertumbuhan neoklasik model solow-swan menjelaskan tingkat
kemakmuran yang sudah maju dengan yang dialami negara-negara berkembang suatu
saat akan konvergen (Taringan, 2015:53).
Tulisan ini bertujuan menjelaskan hubungan
pertumbuhan ekonomi dan konvergensi pendapatan melalui studi literatur dari
beberapa penelitian ilmiah. Beberapa penelitian ilmiah tersebut akan diulas dan
selanjutnya akan di tarik kesimpulan dari hasil penemuannya. Tulisan ini akan
memberikan manfaat dalam menambah literasi dalam penulisan pertumbuhan ekonomi
dan konvergensi pendapatan pada penelitian empiris selanjutnya.
II.
Tinjauan Pustaka
2.1
Konsep Konvergensi
Konsep konvergensi merupakan
implikasi dari teori pertumbuhan yang dikembangkan pada dekade 1950-an. Pada
beberapa artikel antara lain, Solow (1956) diungkapkan bahwa selain akumulasi
kapital dan tenaga kerja, terdapat faktor ketiga yang menjadi determinan
pertumbuhan ekonomi yaitu perubahan teknologi, yang diperlakukan sebagai faktor
eksogen di luar kedua faktor produksi di atas. Teori ini mendasarkan diri pada
teori fungsi produksi neoklasik yang memiliki karakteristik diminishing
marginal return dan constant
return to scale. Diminishing
return ini menunjukkan hubungan antara output
per worker dan capital
per worker. Sebagai ilustrasi, negara yang
dapat meningkatkan capital-labor ratio (k) akan
memiliki output per worker (y) yang
lebih tinggi, namun demikian akumulasi kapital terkendala dengan adanya diminishing
return. Ini artinya pada tingkat k
tertentu, dampak (k) pada
(y) akan lebih besar pada kasus negara
yang memiliki kapital terbatas (scarce)
dibandingkan pada negara yang memiliki kapital relatif banyak (abundant).
Kemiringan fungsi produksi sendiri mengukur marginal
product of capital (MPK = f (k + 1) – f(k)) di negara
berkembang akan lebih besar dibandingkan di negara maju.
Pertumbuhan Solow di atas dapat
diperoleh beberapa poin penting sebagai berikut: (1) perekonomian dalam jangka
panjang akan mendekati steady state equilibrium,
(2) steady state equilibrium tergantung
pada tingkat depresiasi, pertumbuhan penduduk, dan tabungan, (3) tanpa ada
peningkatan teknologi pertumbuhan output per worker tidak
berkelanjutan, (4) peningkatan saving rate pada
pertumbuhan output per worker bersifat
temporer, dan (5) jika beberapa negara memiliki struktur yang mirip dalam
konteks preferensi dan teknologi, maka negara berkembang akan tumbuh lebih
cepat dari negara maju sehingga dapat terjadi konvergensi.
Dua
konsep konvergensi yang ada dalam analisis pertumbuhan ekonomi antar negara
atau antar daerah adalah Beta Konvergensi dan Sigma Konvergensi (Barro dan
Sala-i-Martin, 1991). Pertama, Konsep konvergensi beta adalah pertumbuhan
ekonomi negara atau daerah miskin yang lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi
negara atau daerah kaya, sehingga negara atau daerah miskin cenderung mengejar
ketertinggalannya dari daerah kaya. Kedua, konvergensi sigma yaitu terjadinya
penurunan disparitas pendapatan perkapita lintas sektoral dari waktu ke waktu.
Artinya bahwa konvergensi terjadi jika dispersi, diukur dengan standar deviasi,
logaritma pendapatan perkapita antar negara atau daerah menurun dari waktu ke
waktu. Jika dispersi pendapatan mengalami penurunan, maka dapat dikatakan bahwa
ketimpangan antar daerah cenderung mengecil atau telah terjadi konvergensi
pendapatan. Konvergensi beta cenderung menghasilkan konvergensi sigma, tetapi
proses ini diimbangi oleh faktor pengganggu yang cenderung meningkatkan
disparitas.
2.2
Penelitian Penelitian
Sebelumnya.
2.2.1 Penelitian
Naomi N. Griffin dan Kazuhiko Odaki (2009)
Penelitian ini dengan menggunakan
data pada perusahaan manufaktur besar antara tahun 1969 sampai dengan 1996,
mencoba menguraikan faktor dibalik perlambatan pertumbuhan produktifivitas
selama tahun 1990-an. Hasil utama menunjukkan bahwa ada penurunan yang
siginifikan dalam produktivitas dalam perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa mis-alokasi
antara perusahaan semakin besar dan merupakan hambatan besar untuk pertumbuhan
TFP. Kebijakan yang meningkatkan inovasi teknologi, pengembangan riset dan
adopsi teknologi yang cepat menjadi sangat penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
2.2.2 Penelitian
Frederic Carluer dan Guillaume Gaulie (2005)
Penelitian ini menjelaskan
heterogeneities produktivitas tenaga kerja daerah Perancis di tingkat agregat
dan sektoral. Penelitian ini memperluas karya Baumol dan Barro dan Salai-
Martin, pertama dengan menunjukkan sumber-sumber pertumbuhan terkait dengan
teori-teori pertumbuhan baru dan kedua dengan menekankan dampak dari realokasi
tenaga kerja lintas sektoral melalui pergeseran analisis-share. Hasil kami
menunjukkan pentingnya asimetri regional dan peran penting yang dimainkan oleh
dinamika komposisi sektoral dalam konvergensi produktivitas tenaga kerja di
Perancis.
2.2.3 Penelitian El Hadj M Bah dan Josef C Brada (2009)
Penelitian ini memperkirakan pertumbuhan total factor productivity(TFP) dalam bidang pertanian, industri dan jasa di negara-negara baru anggota Uni Eropa dan menunjukkan bagaimana struktur perubahan kontribusi untuk pertumbuhan. Penelitian ini mengembangkan model yang memperkirakan TFP sektoral dari data ketenagakerjaan sektoral dan GDP per kapita. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dibandingkan dengan Austria, anggota baru Uni Eropa memiliki tingkat TFP yang lebih rendah, namun pertumbuhan TFP mereka sebagian besar lebih tinggi. Gerakan lintas sektoral tenaga kerja tidak memainkan peran besar dalam pertumbuhan TFP agregat, dan akumulasi modal merupakan komponen penting dari konvergensi ke tingkat Uni Eropa dari PDB per kapita.
2.2.4 Penelitian
Jesus Felipe, Miguel Leon-Ledesma, Matteo Lanzafame, dan Gemma Estrada (2009)
Penelitian ini menyediahkan analisis
pertumbuhan ekonomi pada negara-negara berkembang Asia dari sudut pandang
tranformasi struktural selama 3 dekade. Hal yang paling menonjol dari
tranformasi tersebut adalah penurunan signifikan kontribusi sektor pertanian
dan peningkatan kontribusi dari sektor jasa. Penelitian ini menggunakan
kerangka kerja penelitian dari Kaldor, dimana penelitian ini mendiskusikan
apakah industri memainkan peran sebagai mesin utama dalam pertumbuhan
negara-negara berkembang di Asia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, sektor
industri dan Jasa memainkan peran dalam pertumbuhan ekonomi. Hasil yang
selanjutnya bahwa adanya endogenous, pertumbuhan diinduksi teknologi
2.2.5 Penelitian
Robert J Barro, dan Xavier Sala-i-Martin (1992)
Penelitian ini meneliti isu kunci
ekonomi apakah negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari pada negara kaya
dan konvergensi pada level pendapatan perkapita dan produk. Peneliti ini
menggunakan kerangka model pertumbuhan neoklasik. Konvergensi
dapat dihitung berdasarkan dua konsep yaitu konvergensi sigma (sigma
convergence) dan konvergensi beta (beta
convergence). Konvergensi akan terjadi apabila negara
atau daerah miskin dengan pendapatan yang rendah akan tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan negara atau daerah kaya dengan pendapatan yang tinggi
sehingga dalam jangka panjang semua negara-negara akan mencapai tingkat
konvergensi yang sama. Hal tersebut didasarkan fakta bahwa perekonomian suatu
wilayah mengarah kepada kondisi steady state,
apabila wilayah atau daerah sudah dalam kondisi steady
state maka tingkat perekonomian akan berjalan melambat.
2.2.6 Penelitian
Alassane Drabo (2010)
Tujuan utama dari makalah ini adalah analisis keterkaitan antara kesehatan, pendapatan dan kualitas lingkungan dan konsekuensi pada proses konvergensi ekonomi. Penelitian ini memperkenalkan variabel lingkungan dalam model pertumbuhan dan peneliti mengamati efeknya pada pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa degradasi lingkungan berpengaruh negatif pada aktivitas ekonomi dan ketika menetralisir dampak lingkungan, kecepatan konvergensi cenderung meningkat sedikit. Ini memperkuat argumen teoritis peneliti sesuai dengan yang peningkatan kualitas lingkungan memainkan peran yang cukup besar dalam proses konvergensi ekonomi.
2.2.7 Penelitian
Fang Yang, Shiying, and Xin Yao (2016)
Berdasarkan teori konvergensi pertumbuhan
ekonomi, makalah ini menggunakan konsep indeks pembangunan manusia dan
melakukan analisis empiris pembangunan daerah di Cina tahun 1997-2006.
Penelitian menunjukkan bahwa konvergensi kondisional telah diidentifikasi.
Investasi dalam aktiva tetap, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,
kesehatan dan pembangunan infrastruktur memiliki efek positif pada konvergensi
regional pembangunan.
2.2.8 Penelitian
Sorin Grigoras (2015)
Meningkatkan standar hidup rakyat adalah salah satu tujuan utama dari setiap sistem ekonomi. Saat ini ekonomi berdasarkan kepemilikan pribadi, berlaku di seluruh dunia, namun sektor publik menjadi lebih berpengaruh karena kelangkaan sumber daya publik. Peningkatan pengeluaran pemerintah, cara pembagian dan korelasi pembangunan ekonomi mampu membuat perbedaan antara negara-negara yang memiliki karakteristik serupa dan potensi. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi relevansi antara belanja pemerintah dan kinerja ekonomi, oleh negara maju dan berkembang. Hal ini tergantung pada beberapa variabel seperti kendala anggaran atau sifat beban masyarakat. Penelitian ini untuk memeriksa konvergensi dalam hal kecepatan, waktu dan kontribusi sektor publik, untuk menguraikan beberapa harapan masa depan yang realistis mengenai perbaikan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa antara belanja pemerintah dan kinerja ekonomi mempunyai hubungan berbanding lurus, elastisitas unitari, dan korelasi yang kuat.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi kesenjangan dan mencapai konvergensi melibatkan pengambilan keputusan (pemerintah) yang kompeten. Hal ini dimaksudkan untuk bertindak terhadap penghapusan sektor publik yang tidak efisien dan membuat lebih efisien dengan memindahkan ke sektor swasta, mendorong pengembangan sektor swasta, difokuskan pada peningkatan investasi, lokal dan asing pada jangka panjang, memastikan keseimbangan antara masing-masing sektor kegiatan ekonomi, mendorong proses-proses operasional yang menciptakan nilai, serta memastikan bahwa kerangka hukum dalam kegiatan ekonomi.
2.2.9 Alejandro Diaz-Bautista (2000)
Penelitian ini meneliti pertumbuhan ekonomi pada fenomena konvergensi kondisional atau kecenderungan ekonomi regional dengan pendapatan tingkat yang lebih rendah untuk tumbuh lebih cepat, tergantung pada tingkat akumulasi faktor. Penelitian ini menggunakan teori pertumbuhan neoklasik standar, untuk mendapatkan pendekatan empiris hipotesis konvergensi dalam modal manusia. Penelitian ini menggunakan 31 negara bagian dan District Federal di Meksiko, dan menggunakan indeks pendidikan. Studi ini menemukan bahwa tingkat tahunan konvergensi modal manusia per kapita di Meksiko berkisar dari 3,55% menjadi 4,58%. Hal ini juga berarti konvergensi pendapatan per kapita tergantung pada variabel modal manusia.
2.2.10 Bayu Kharisma and Samsubar Saleh (2013)
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dispersi pendapatan dan menguji konvergensi absolut dan konvergensi kondisional dari pendapatan di antara 26 provinsi di Indonesia selama 1984- 2008 dengan menggunakan pendekatan data panel statis dan dinamis. Menggunakan analisis konvergensi σ menunjukkan bahwa dispersi pendapatan diukur dengan koefisien variasi terjadi di 1984 2008, fluktuasi umumnya dialami. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat dispersi pendapatan adalah dampak dari krisis ekonomi, periode desentralisasi fiskal di Indonesia, dampak bom Bali, dampak kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 dan gempa bumi di Jogjakarta dan Jawa Tengah. Dinamis estimasi data panel dengan sistem GMM menghasilkan estimator yang efisien dan konsisten untuk mengatasi masalah validitas instrument. Selain itu, juga didedikasikan untuk meminimalkan risiko bias karena masalah endogeneity. Penelitian ini menunjukkan ada indikasi kuat adanya konvergensi absolut dan konvergensi kondisional antara 26 provinsi di Indonesia selama 1984 tahun 2008. Dengan demikian, membuktikan bahwa perekonomian provinsi miskin cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lebih sejahtera, dan kemajuan ini berarti bahwa ada kecenderungan untuk mengejar ketinggalan. Berdasarkan estimasi sistem GMM, ditemukan bahwa provinsi di Jawa memiliki kecepatan lebih cepat dari konvergensi relatif dengan yang di luar Jawa.
2.2.11
Penelitian
Margaret McMillan dan Derek Haedey (2014)
Perubahan sektoral memerlukan pergerakan tenaga kerja dari sektor yang berproduktivitas
rendah menjadi sektor ekonomi modern. Penelitian ini memberikan wawasan baru terhadap
pertumbuhan Afrika selama dua dekade terakhir. Rata-rata
selama tahun 1990-1999 perubahan struktural di Afrika mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi, namun semenjak itu sebanyak 2000 tenaga kerja berubah dari
kegiatan ekonomi yang berproduktivitas rendah menjadi tinggi. Kontribusi untuk pertumbuhan Afrika sebesar 1
persen per tahun. Migrasi belum banyak dilakukan sehingga kesenjangan masih
banyak terjadi di Afrika.
2.2.12
Penelitian
Margaret McMillan,dkk. (2014)
Kesenjangan
besar dalam produktivitas tenaga kerja antara bagian tradisionaldan modern dari
ekonomi adalah kenyataan fundamental yang berkembang di masyarakat. Dalam tulisan ini, peneliti
menjelaskan kesenjangan
tersebut, dan menekankan bahwa tenaga kerja bergeser
dari kegiatan produktivitas rendah ke produktivitas tinggi. Pada saat
ini, beberapa negara di Afrika masih berusaha mengejar ketertinggalan seperti pada
masa 1 dekade sebelumnya yaitu para
tenaga kerja tidak terampil untuk kegiatan ekonomi modern. Maka dari itu dibutuhkan
peran pemerintah dalam
meningkatkan
produktivitas pertanian di
Afrika dan meningkatnya harga pangan dan komoditas global ditambah dengan tren makro dan
politik yang stabil telah membuat asingdan pengusaha lokal lebih bersedia untuk
berinvestasi dalam agribisnis di
Afrika.
2.2.13
Penelitian Joan Ramón Rosés dan Julio
MartÃnez-Galarraga (2010)
Penelitian ini
memberikan analisis empiris awal dari ketimpangan pendapatan daerah di Spanyol.Penelitimembangun
data basis berdasarkan PDB perkapita yang dibagi menjadi 17 daerah di Spanyol. Pembentukan pasar nasional Spanyol
berkembang secara signifikan dari 1860-1900 karena perbaikan dalam
transportasidan perubahan kelembagaan. Pada saat yang sama,industrialisasi dan
ekspansi perkotaan berlangsung. Sebagai konsekuensinya,share industri dan jasa
di GDP Spanyol tumbuh, sehingga merugikan sektor pertanian. Ketidaksetaraan regional meningkat
secarasubstansial di Spanyol selama fase awal pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi.
Selanjutnya,Pertumbuhan ketimpangan ini terutama disebabkan oleh pola divergen
spesialisasi daerah yaitu dengan sangat tidak meratanyadistribusi industri dan jasa. Perluasan industri untuk sejumlah
daerah selama paruh kedua abad
ke-19 meningkatkan
kesenjangan regional; sementara sebaliknya berlaku pada abad ke-20.
2.2.14
Penelitian Francesco Casellidan Wilbur John Coleman (2001)
Penelitian ini menyajikan studi tentang
transformasi struktural (penurunan pertanian sebagai sektor yang mendominasi)
dan konvergensi (wilayah rata-rata upah dari selatan ke utara). Penelitian ini bahwa sebagian besar
konvergensi daerah ini disebabkan oleh transformasi struktur: konvergensi
nasional upah pertanian keupah
non pertanian dan
tingkat transisi yang
lebih cepat dari tenaga
kerja wilayah selatan dari sektor pertanian ke pekerjaan non pertanian. Seiring
waktu, penurunan biaya
pendidikan/pelatihan menginduksi
peningkatan proporsi angkatan kerja untuk
pindah dari sektor pertanian (tidakterampil) kesektor non-pertanian (terampil).
2.2.15
Penelitian Raffaele Paci dan Francesco
Pigliaru (1997)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
apakah perubahan struktural adalah kunci utama untuk konvergensi agregat untuk
daerah Italia selama melewati dua dekade.
Peneliti mendapatkan
hasil sebagai berikut: konvergensi agregat merupakan masalah besar pada perubahan
struktural dan tidak dapat ditafsirkan sebagai bukti kuat yang mendukung hipotesa
konvergensi danproses perubahan struktural yang terkait dengan konvergensi
agregattampaknya terbatas pada pergeseran sementara dari sektor
pertanian ke
sektor manufaktur.
Singkatnya, pada daerah
Italia menunjukkan bahwa peran
utama dimainkan oleh perubahan struktural dalam pertumbuhan agregat bersama-sama
dengan tidak adanya signifikansi
statistik untuk dampak konvergensi dalam sektor. Selain itu, peran yang dimainkan
dalam temuan ini perubahan
struktural, tingkat produktivitas awal, dampak geografis dan kebijakan regional diambil bersama-sama secara luas
kompatibel dengan sudut pandang alternatif agregat konvergensi secara singkat dibahas
dalam Bagian 2, terutama yang secara eksplisit didasarkan pada gagasan bahwa proses akumulasi pengetahuan teknologi baik di wilayah
geografis dan lintas sektor produktif. Pada model-model, kekuatan pasar dapat
menghasilkan pertumbuhan yang tidak merata, sementara tindakan sementara
seperti merancang kebijakan
industri dapat mencapai transformasi yang mendalam dalam struktur ekonomi dan tingkat pendapatan relatif.
2.2.16
Penelitian Felicity J.
Protcor (2014)
Pertumbuhan
ekonomi diwilayah
sub-Sahara Afrika, adalah masih
sempit berdasarkan pada produksi dan
ekspor produk
pertanian yang belum diproses, sumber daya alam terbarukan, mineral dan minyak mentah. Bahkan dengan skenario optimis pada pertumbuhan
manufaktur dan sektor
jasa,dalam penciptaan lapangan kerja formal dan efek aglomerasi, itu akan mengambil waktu untuk menyelesaikan transformasi ekonomi. Dengan sekitar
80 persen dari angkatan
kerja diperkirakan akan terlibat dalam sektor
informal, termasuk produktivitas pertanian yang rendah dan usaha rumah tangga,
meningkatkan produktivitas pertanian dan
memperluas agribisnis harus tetap menjadi sebuah prioritas. Upaya komplementer dan baru untuk mendukung diversifikasi pendapatan rumah
tangga dengan memungkinkan pertumbuhan dan
keamanan sektor usaha rumah tangga juga akan menjadi pusat proses transformasi.
Sambil terus menempatkan
prioritas pada ekonomi daninvestasi sektor sosial, pemerintah harus mengutamakan pembangunan pedesaan dalam
strategi nasional dan berkomitmen untuk jangka
panjang. Kebijakan
pembangunan pedesaan dan perkotaan harus dilakukan bersama-sama, idealnya dalam
wilayah atau kerangka pembangunan
regional, untuk memperkuat pasar danlayanan hubungan antara daerah pedesaan dan
perkotaan.
2.2.17
Penelitian Marta Castilho, dkk (2011)
Makalah ini mempelajari
dampak globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan rumah tangga dan kemiskinan menggunakan
microdata rinci dinegara Brasil dari tahun 1987 hingga 2005. Makalah
ini menambah literatur terbaru yang mencakup dimensi spasial dalam studi efek liberalisasi
perdaganganpada distribusi pendapatan. Ketersediaan seri yang
panjang survei rumah tangga memungkinkan untuk berbagai langkah-langkah kemiskinan rumah tangga dan ketidaksetaraan di
tingkat negara menjadi dapat dihitung. Ini berarti bahwa analisis
dapat mencakup bagaimana perdagangan mempengaruhi
tidak hanya pekerja, tetapi juga tanggungan mereka dan orang-orang
terlibat dalam sektor non perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan memberikan kontribusi untuk pertumbuhan kemiskinan dan ketidaksetaraan di daerah perkotaandan mungkin terkait dengan pengurangan ketidaksetaraan (kemiskinan) di daerah pedesaan. Dalam hal integrasi diamati ke pasar dunia,peneliti menemukan bukti yang menunjukkan bahwa di Brazil merupakan negara miskin dan penurunan ketidaksetaraan dengan meningkatnya eksposur ekspor tetapi kemiskinan negara meningkat dengan adanya impor.
terlibat dalam sektor non perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan memberikan kontribusi untuk pertumbuhan kemiskinan dan ketidaksetaraan di daerah perkotaandan mungkin terkait dengan pengurangan ketidaksetaraan (kemiskinan) di daerah pedesaan. Dalam hal integrasi diamati ke pasar dunia,peneliti menemukan bukti yang menunjukkan bahwa di Brazil merupakan negara miskin dan penurunan ketidaksetaraan dengan meningkatnya eksposur ekspor tetapi kemiskinan negara meningkat dengan adanya impor.
2.2.18
Penelitian Simone Manganelli dan
Alexander Popov (2015)
Makalah ini menjelaskan bagaimana pembangunan keuangan mempengaruhi volatilitas pertumbuhan
PDB melalui saluran
realokasi sektoral. Untuk 28 negara OECD selama periode 1970-2007, peneliti
membangun sebuah portofolio patokan industri yang meminimalkan volatilitas
ekonomi jangka panjang untuk pertumbuhan produktivitas tenaga kerja jangka
panjang. Ditemukan
bahwa pengembangan keuangan secara substansial meningkatkan kecepatan pada
komposisi industri yang
diamati. Hasil
penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pengembangan
keuangandapat memiliki implikasi kesejahteraan positif melalui pengurangan
keseluruhan volatilitas
ekonomi. Keuangan
mendorong konvergensi menuju
portofolio di mana beberapa sektor memiliki bobot MVE yang besar, sedangkan sektor lainnya
memiliki bobot MVE yang kecil.
2.2.19
Penelitian Elisa Montresor, dkk.
Proses
konvergensi produktivitas agregat sering bukan karena proses konvergensi di
tingkat sektoral, melainkan untuk perubahan dalam struktur ekonomi regional
mengambil form
dari realokasi kerja dari pertanian ke sektor produktivitas lainnya, lebih
terasa di daerah miskin dari pada yang kaya. Analisis β-konvergensi memungkinkan untuk mengamati
bahwa daerah inti dan daerah perifer berkumpul untuk steady state mereka
sendiri dalam semua kasus ketika dianggap terpisah, tetapi ini rezim spasial
tampaknya agak buatan karena dummies di OLS tidak signifikan. Selain itu,
kecepatan konvergensi dan sifat efek spasial bervariasi berdasarkan sektor.
Melihat variabel spasial disaring, peneliti melihat bahwa sektor dengan
konvergensi yang lebih tinggi adalah pabrik dan non-pasar jasa, diikuti oleh
jasa pertanian dan pasar.
Sebagai kesimpulan, peneliti mencatat bahwa pola β- dan
σ-konvergensi tidak sesuai, menunjukkan bahwa kedua jenis analisis yang
diperlukan untuk memiliki gambaran lengkap dari pola konvergensi di Uni Eropa.
Memang, β-konvergensi adalah perlu tetapi bukan kondisi yang cukup untuk
σ-konvergensi, yang menjelaskan hasil tidak adanya σ-konvergensi dalam
hubungannya dengan signifikan β-konvergensi. Selain faktor spasial memainkan
peran penting dalam menentukan jenis dan 'bentuk' dari proses konvergensi. Struktur ekonomi harus
dipertimbangkan bersama-sama dengan tata ruang; dua faktor ini mempengaruhi diri mereka secara
timbal balik dan, untuk penjelasan lengkap dan dapat diandalkan dari dinamika
ekonomi daerah baik harus secara resmi dimasukkan dalam analisis.
20 Penelitian Maria Sassi (2007)
20 Penelitian Maria Sassi (2007)
Konvergensi
ekonomi dan pertanian di seluruh wilayah Uni Eropa memiliki untuk waktu yang
lama menarik perhatian
ekonom dan terlebih dalam dekade akhir ini menyusul perluasan Uni Eropa.
Tujuan penelitian
ini adalah memahami
ukuran dan evolusi
dari perubahan ini, cara di mana ia telah mempengaruhi agregat konvergensi
ekonomidan jika sektor pertanian telah mempengaruhi proses meskipun kecil dan menurun kan
kontribusi terhadap total PDB membandingkan hasil dari neoklasik danPaci, pendekatan Pigliaru. Analisis
ini menggarisbawahi karakter post-industri
khas dari ekonomi regionalEU-15 dengan sektorpertanian yang dalam hal nilai
tambah memiliki marjinal lebih. Semua daerah dianalisis saham tren ini. Di sektor industri dan jasa, Kecenderungan adalah sebaliknya. Namun,
sektor ini menunjukkan bobot
yang berbeda di seluruhunit teritorial yang kadang-kadang secara signifikan juga
berbeda. Meskipun
pertanian memiliki kontribusi yang terbatas terhadap total nilai tambah, tetapi
sebagai share
nilai tambah dari
sektor ini lebih
besar dari rata-rata, ciri sebagianbesar daerahdan untuk alasan ini bahwa
proses tersebut konvergensi di pertanianekonomi adalah di dasar pengurangan perbedaan
struktural antara 1980
dan 2001.
Hubungan neoklasik
antara awal tingkat
pendapatan dan tingkat pertumbuhannya,
pada kenyataannya, harus ditafsirkan dengan mempertimbangkan fakta bahwa daerah di tiga dari delapan negara
yang dianggap, Spanyol, Irlandia, dan Portugal, ambil bagian,bersama-sama
dengan orang-orang Yunani, di daerah kohesi.Mereka adalah daerah di mana, mulai
dari tahun 1990-an, produktivitas tenaga kerja meningkat secara signifikan.
Kemajuan pesat dalam
teknologi, penelitian dan
pengembangan, dan deregulasi progresif di dasar pengaruh positif darisektor
jasa pada pertumbuhan produktivitas dan konvergensi. Dalam konteks ini,
kelemahan pertanian
muncul. Di sektor ini, output adalah stasioner dari waktu ke waktu,sedangkan di
industri dan terutama sektor jasa output meningkat. Secara khusus, pertumbuhan sektor jasa tampaknya
mengikuti model pembangunan yang meluas dan menyamakan kesenjangan pendapatan antar daerah mendukung
didalam wilayah
ekonomi termiskin untuk
proses marginalisasi peran pertanian.
III.
Temuan dan Kesimpulan
3.1
Temuan
Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah kita kumpulkan dan pelajari kita menemukan dua inti poin yang menarik untuk
pembahasan ini. Pertama, konvergensi
suatu daerah disebabkan oleh transformasi struktur sektoral yang ada di suatu
negara contohnya di negara Italia, di negara Italia terjadi pergeseran sektor
dari sektor pertanian menjadi sektor manufaktur (Paci dan Pigliaru,
1997). Selain negara Italia hal yang sama terjadi pada negara di Afrika. Sejak
tahun 1999 para pekerja di Afrika mulai beralih ke pekerjaan dengan proses
produksi yang memiliki produktivitas tinggi (McMillan, 2014). Penurunan
kontribusi sektor pertanian juga terjadi di Asia selama 3 dekade akhir ini
sedangkan kontribusi industry dan jasa mengalami peningkatan (Felipe dkk,
2009). Namun perubahan ini menimbulkan kesenjangan pertumbuhan yang disebabkan
oleh tidak meratanya perluasan industri di suatu daerah. Untuk mengurangi
kesenjangan, kebijakan pembangunan pedesaan dan perkotaan harus dilakukan bersama-sama,
idealnya dalam wilayah atau kerangka pembangunan regional, untuk memperkuat
pasar dan layanan hubungan antara daerah pedesaan dan perkotaan (Protcor, 2014;
Carluer dan Gaulie, 2005 ; El
Hadj M Bah dan Brada, 2009). Selain
itu, kebijakan
yang meningkatkan inovasi teknologi, pengembangan riset, dan adopsi teknologi
yang cepat menjadi sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Griffin
dan Odaki, 2009 ; Felipe, dkk, 2009).
Poin kedua yang menarik dari hasil review kami adalah
bahwa negara atau daerah miskin dengan pendapatan yang rendah akan tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan negara atau daerah kaya dengan pendapatan yang
tinggi sehingga dalam jangka panjang semua negara-negara akan mencapai tingkat
konvergensi yang sama. Pernyataan ini didukung oleh penelitiannya Barro,
dan Sala-i-Martin (1992), Kharisma dan
Saleh (2013) untuk studi kasus di Indonesia, dan Yang dkk (2016). Namun,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi konvergensi pendapatan. Beberapa faktor
tersebut antara lain: peran pemerintah dalam Investasi dalam aktiva tetap,
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan dan pembangunan
infrastruktur memiliki efek positif pada konvergensi (Yang
dkk, 2016), dan peran pemerintah dalam penyediaan sektor publik (Grigoras,
2015), peran pemerintah dalam meningkatkan
produktivitas pertaniandan meningkatnya harga pangan dan komoditas globalserta
menjamin stabilitas politik membuat asingdan pengusaha lokal lebih bersedia
untuk berinvestasi (Margaret McMillan dkk, 2014). Selain itu menurut Bautista
(2000), modal manusia juga mempengaruhi konvergensi pendapatan. Selanjutnya, Drabo (2010) menambahkanpeningkatan kualitas lingkungan dan
kesehatan memainkan peran yang cukup besar dalam proses konvergensi ekonomi.
3.2
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dihasilkan dalam
tulisan ini yaitu tingkat kemakmuran negara yang sudah maju dengan yang dialami
negara-negara berkembang suatu saat akan konvergen, dimana pertumbuhan ekonomi
di berkembang berjalan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari negara maju, maka
bukan tidak mungkin suatu saat pendapatan per kapita yang diperoleh daerah
berkembang akan menyamai daerah maju. Hal ini disebabkan adanya transformasi struktur sektoral yang
ada di suatu negara.Namun, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain: pembangunan regional yang asimetris, peran penting
pemerintah dalam pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur dan
penyediaan sektor publik. Selain itu, peningkatan
kualitas lingkungan.
Referensi
Alassane
Drabo. 2010. Interrelationships Between Health Environment Quality and Economic
Activity: What Consequences For Economic Convergence. International Journal for Quality Research, UDK-338: 502/504/6147.
Alejandro Diaz-Bautista. 2000. Convergence and
Economic Growth in Mexico. Frontera Norte, Volumen 13, No. 24, julio-diciembre, 2000, pp. 85-110.
Barro, Robert J., and Xavier
Sala-I-Martin. 1992. Convergence. The Journal of Political Economy, Volume
100, Issue 2 (April, 1992), P.223-251.
Barro, Robert J., and Xavier
Sala-I-Martin. 1991. Convergence across State and Regions. BrookingPapers
on Economic Activity.
Carluer, Frederic and Guillaume
Gaulier. 2005. The Impact of convergence in industrial mix on regional
comparative growth: empirical evidence from the French case. The Annals of Regional Science
Caselli,
Francesco and Wilbur John Coleman II. 2001. The U.S. Structural Transformation
and Regional Convergence: A Reinterpretation. Journal of Political Economy, Vol. 109 No. 3, pp.584-616
Castilho, Marta, et al. 2011. Trade Liberalization,
Inequality, and Poverty in Brazilian States.
World DevelopmentVol. 40, No. 4, pp. 821–835
El
Hadj M Bah dan Josef C Brada. 2009. Total Factor Productivity Growth Structural
Change and Convergence in the New Members of the European Union. Comparative Economic Studies, 51, P. 421-446
Fang Yang, Shiying, and Xin Yao. 2016. Regional Convergence and Sustainable Development in
China. Sustainability 2016, 8,
121; doi:10.3390/su8020121
Felipe , Jesus, Miguel Leon-Ledesma, Matteo
Lanzafame, dan Gemma Estrada. 2009. Sectoral Engines of Growth in Developing
Asia: Stylised Facts and Implications. Malaysian
Journal of Economic Studies 46 (2): P.107-133
Griffin, Naomi N and Kazuhiko Odaki.
2009. Reallocation and Productivity Growth in Japan Revisiting the Lost Decade
of the 1990s. J Prod Anal (2009) 31: P. 125-136
Kharisma,
Bayu and Samsubar Saleh. 2013. Convergence of Income Among Provinces In
Indonesia, 1984 – 2008: A Panel Data Approch. Journal of Indonesian Economy and Business, Volume 28, Number 2, 2013, 167 – 190
Manganelli,
Simone & Alexander Popov. 2015. Financial Development, Sectoral
Reallocation, and Volatility: International Evidence. Journal of
International Economics. Vol. 96 (2015), pp.
323–337
McMillan,
Margaret & Derek Headey. 2014. Introduction Understanding Structural Transformation
in Afrika. World DevelopmentVol. 63, pp. 1–10
McMillan, Margaret, et al. 2014. Globalization, Structural
Change and Productivity Growth with an Update on Africa. World DevelopmentVol. 63, pp. 11–32
Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas. 2015. Laporan
Implementasi Konsep Tol Laut 2015. Direktorat Transportasi
Montresor, Elisa, et al.
Sectoral Productivity Convergence Between European Regions: Does Space Matter?.Department of Economics, University of
Verona
Paci,
Raffaele& Francesco Pigliaru. 1997. Structural Change and Convergence: An
Italian Regional Perspective. Structural Change
and Economic Dynamics Vol. 8 (1997), pp. 297-318
Proctor, Felicity J. 2014. Rural economic diversification in sub-Saharan
Africa.
IIED Working Paper. IIED,
London.
Roses, Joan
Ramon, et al. 2010. The Upswing of
Regional Income Inequality in Spain (1860-1930). Explorations in Economic History Vol. 47, pp. 244–257
Sassi, Maria. 2007. Structural Change and Economic Convergence
Across The EU-15 Regions: Can The Agricultural Sector Play a Role?. The
Agricultural Economics Society’s Annual Conference, University of Reading, UK,
2nd to 4th April 2007
Solow, Robert M. 1956. “A
Contribution to the Theory of Economic Growth.” Quarterly
Journal ofEconomics,
vol. 70 No 1. P. 65-94.
Sorin Grigoras. 2015. Public Sector’s Influence on Economic Growth and
Convergence as a Proof of Development. Annals of “Dunarea de Jos”
University of Galati Fascicle I. Economics and Applied Informatics Years XXI –
no3/2015
Taringan, Robinson. 2015. Ekonomi
Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara, Edisi Revisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar