1. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi menjadi salah satu tujuan dasar yang
ingin dicapai dalam perekonomian. Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi yang tidak merata menghasilkan
kesenjangan antar daerah. Kesetaraan daerah telah menjadi tujuan penting dari
rencana nasional. Menurut kuncoro (2010), seringkali pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak diikuti dengan penurunan kemiskinan di beberapa negara sedang
berkembang. Kuznet telah mengemukakan bahwa pada tahap
awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, selanjutnya
stabil dan akhirnya menurun pada tahap berikutnya.
Hipotesis ini dikenal dengan hipotesis “U-Terbalik” Kuznet.
Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi dengan PDRB tertinggi kedua
di Indonesia. PDRB Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar 1.262.700,21
Milyar Rupiah. PDRB Jawa Timur adalah PDRB tertinggi kedua setelah DKI Jakarta
yang mencapai nilai sebesar 1.374.348,61 Milyar Rupiah. Namun Prestasi
pembangunan ekonomi Jawa timur mengalami penurunan dari 6.08 di tahun 2013
menurun menjadi 5.86. Walaupun demikian, program perbaikan kesejahteraan provinsi
Jawa timur mengalami keberhasilan dengan menurunnya presentase penduduk miskin
dari 13 persen menjadi 12 persen di tahun 2014, dengan garis kemiskinan sebesar
Rp 2.89.945/kapita/bulan.
Tabel
1.1
Pertumbuhan
Ekonomi, Garis Kemiskinan, Penduduk Miskin, dan Presentase Penduduk Miskin
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2014
Tahun
|
Pertumbuhan
Ekonomi
|
Garis
Kemiskinan
|
Penduduk
Miskin
|
Presentase
Penduduk Miskin
|
2012
|
6.64
|
243,783
|
4,960
|
13
|
2013
|
6.08
|
243,783
|
4,993
|
13
|
2014
|
5.86
|
289,945
|
4,748
|
12
|
Sumber : Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Namun Demikian, Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Jawa
timur terlihat dari selisih Nilai PDRB tertinggi dan terendah di kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur mempunyai 38 Kabupaten/Kota mengalami
peningkatan selisih nilai PDRB tertinggi dengan terendah. PDRB tertinggi di
dapat Kota Surabaya dan PDRB terendah pada kota Blitar, dengan nilai PDRB tahun
2015 Surabaya sebesar Rp 324.227,8 Milyar dan PDRB Kota Blitar sebesar Rp 3.857
Milyar, jadi terdapat selisih ketimpangan PDRB sebesar Rp 320.370,8 Milyar.
Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan mencolok terlihat
dari data rata rata PDRB Provinsi Jawa Timur. Rata-rata PDRB Provinsi Jawa
Timur tahun 2015 sebesar Rp 35.276,7 Milyar. Dari 38 kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur
terdapat 27 Kabupaten Kota yang mempunyai PDRB di bawah rata rata dan hanya 11
Kabupaten kota yang diatas rata rata PDRB Jawa Timur.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penelitian ini bertujuan utama untuk mengetahui hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Timur. Di
samping itu, penelitian ini untuk menganalisis dan mengklasifikasikan pola
pertumbuhan ekonomi menurut analisis Tipologi Klassen. Penelitian ini juga menghitung
tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur
berdasarkan Indeks Williamson. Selain itu, untuk mengetahui hubungan antara
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur dan Ketimpngan Pendapatan dipergunakan
Korelasi Pearson.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Simon
Kuznets (dalam Todaro, 2012 : 224) mengatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan
ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk (ketimpangan membesar), namun
pada tahap selanjutnya, distribusi pendapatan akan membaik. Observasi inilah
yang kemudian dikenal sebagai kurva Kuznets “U-terbalik” (Hipotesis Kuznets).
Hipotesis
Kuznets dilakukan dengan membuat grafik antara pertumbuhan PDRB dengan indeks
ketimpangan. Jika kurva yang dibentuk oleh hubungan antara variabel tersebut
menunjukkan kurva U-terbalik, maka hipotesis Kuznets terbukti bahwa pada tahap
awal pertumbuhan ekonomi terjadi ketimpangan yang membesar dan pada tahap-tahap
berikutnya ketimpangan menurun.
Gambar
2.1
Kurva
Kuznets “U-terbalik”
Sumber
: Todaro (2012: 225)
2.2 Penelitian
Sebelumnya
Penelitian
empiris terkait ketimpangan distribusi pendapatan regional sudah banyak
dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain
dilakukan oleh Budi Satrio Nugroho (2014), Ngarambe
(1996), Mahardiki dan Rokhedi (2013), dan Nurhuda dkk (2014).
Penelitian
Nugroho (2014) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di kabupaten banyumas
tahun 2002 – 2011. Model analisis yang digunakan adalah analisis tipologi
klassen, perhitungan indeks Williamson, analisis korelasi produk momen dari
Pearson, analisis Trend dan Granger Causality test. Perhitungan analisis
Tipologi Klassen, sebagian besar (55 persen) Kecamatan di Kabupaten Banyumas
masuk kedalam kuadran IV atau daerah relative tertinggal. Analisis Trend
menunjukkan bahwa trend pertumbuhan ekonomi dan ketimpangaan di kabupaten
Banyumas menunjukkan trend yang menaik. Indeks Williamson menunjukkan nilai yan
tinggi yang berarti terjadi ketimpangan yang tinggi antar kecamatan di
Kabupaten Banyumas.
Disertasi
Ngarambe (1996) bertujuan menguji trend ketimpangan pendapatan di US
menggunakan rank-size distribution dari 1969 sampai 1991. Ekonometrik model
digunakan untuk menginvestigasi hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan. penelitian ini menemukan bahwa terjadi kausal dimana
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ketimpangan pendapatan dan juga ketimpangan
pendapatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian menggunakan persamaan simultan
menemukan hubungan signifikan positif antara ketimpangan dan pertumbuhan.
estimasi kuadratik antara ketimpangan dan pertumbuhan mendukung U-terbalik.
Dengan peningkatan pendapatan, ketimpangan pertama meningkat dan seterusnya
menurun.
Penelitian
Mahardiki dan Rokhedi (2013) bertujuan untuk mengetahui tingkat ketimpangan
pendapatan di Indonesia 2006 – 2011. Penelitian ini juga melihat apakah pada
periode penelitian terjadi peningkatan ketimpangan yang signifikan. Selain itu,
penelitian ini untuk mengetahui pola/klasifikasi pertumbuhan ekonomi menurut
tipologi klassen.
Penelitian
Nurhuda (2014) bertujuan untuk mengetahui berapa besar ketimpangan yang terjadi
di Provinsi Jawa Timur. selain itu penelitian berusaha membuktikan hipotesis
Kuznets. Penelitian ini juga mencoba mengetahui pengaruh PDRB, PAD, DAU dan IPM
terhadap ketimpangan pembangunan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur. Data yang diambil merupakan data dari kurun waktu 2011
sampai dengan 2015.
Teknik
Analisis yang digunakan untuk menganalisis distribusi pendapatan adalah Indeks
Williamson. Tipologi Klassen digunakan untuk memetakan pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Hubungan pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan distribsi pendapatan per kapita menggunakan metode korelasi
Pearson.
3.1 Indeks Williamson
Indeks Williamson diperkenalkan oleh Williamson
dalam tulisannya tahun 1965. Indeks Williamson merupakan metode untuk mengukur
ketidakmerataan regional. Secara sistematis perhitungan Indeks Williamson
adalah sebagai berikut:
Dimana :
IW = Indeks Williamson
Yi =
PDRB perkapita di Kabupaten/kota i
Y = PDRB perkapita di Provinsi
Fi =
Jumlah penduduk di Kabupaten/kota i
n = Jumlah penduduk di Provinsi
Perhitungan Indeks ketimpangan Williamson maka
akan diperoleh kriteria sebagai berikut (Nugroho, 2014):
-
Angka 0,0
sampai 0,2 menunjukkan ketidakmerataan yang rendah
-
Angka 0,21
sampai 0,35 menunjukkan ketidakmerataan yang sedang
-
Angka >
0,35 menunjukkan ketidakmerataan yang tinggi.
3.2 Tipologi Klassen
Tipologi
Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Klasifikasi wilayah di bagi menjadi empat diagram sebagai berikut
:
1.
Daerah cepat maju dan
cepat tumbuh ; merupakan daerah yang tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
per kapita lebih tinggi dibandingkan rata-rata kabupaten kota di Provinsi Jawa
Timur.
2.
Daerah maju tapi tertekan ; merupakan daerah yang memiliki
pendapatan per kapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dibandingkan rata-rata kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
3.
Daerah berkembang cepat ;
merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, namun tingkat
pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur
4.
Daerah relative
tertinggal; merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita lebih rendah dari pada rata-rata kabupaten kota di
Provinsi Jawa Timur.
R
|
yi < y
|
yi > y
|
ri > r
|
Daerah
berkembang Cepat
|
Daerah Cepat
Maju dan Cepat Tumbuh
|
ri < r
|
Daerah Relatif
tertinggal
|
Daerah Maju
Tapi tertekan
|
Sumber
: Mudrajat Kuncoro (2010) dikutip oleh Nugroho (2014)
Keterangan:
ri = laju pertumbuhan PDRB Wilayah Studi i
r =
laju pertumbuhan PDRB wilayah referensi (rata-rata kabupaten/kota)
yi = pendapatan per kapita wilayah studi i
y = pendapatan per kapita rata-rata wil.
referensi (rata-rata kabupaten kota)
3.3 Analisis Korelasi (Korelasi
Product Moment Pearson)
Untuk
mengetahui korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar
kabupaten kota digunakan analisis Korelasi (Korelasi Product Moment/Pearson).
Dasar pemikiran alat analisis ini mempunyai yaitu perubahan antar variabel
diikuti variabel perubahan variabel yang lain, yang berate variabel tersebut
saling berkorelasi. Analisis Pearson menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010.
Hasil
Korelasi Pearson digambarkan dengan notasi rxy yang merupakan
koefisien korelasi yang nilainya akan senantiasa berkisar antara -1 sd 1.
Berikut kriteria hasil korelasi Pearson (Nugroho, 2014) :
Nilai r
|
Kriteria
|
0,00 sd 0,19
|
Korelasi
sangat lemah
|
0,20 sd 0,49
|
Korelasi lemah
|
0,50 sd 0,69
|
Korelasi cukup
|
0,70 sd 0,79
|
Korelasi Kuat
|
0,80 sd 1,00
|
Korelasi
Sangat Kuat
|
Sumber : Nugroho (2014)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ketimpangan
Distribusi Pendapatan
Indeks
Wiliamson digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan
antar kabupaten kota di provinsi Jawa Timur. Perkembangan indeks Williamson
yang terjadi di Provinsi Jawa Timur terlihat pada table 4.1. Tabel tersebut
memperlihatkan terjadi ketimpangan yang tinggi di Provinsi Jawa Timur dari
tahun 2011 hingga 2015. Namun demikian, Indeks Williamson menunjukkan trend
yang semakin menurun dari tahun 2011 hingga 2015.
Tabel
4.1
Ringkasan
Hasil Perhitungan Indeks Williamson Provinsi Jawa Timur
Tahun
|
Nilai Indeks Williamson
|
Kriteria
Ketidakmerataan
|
2011
|
0,9591
|
Tinggi
|
2012
|
0,9590
|
Tinggi
|
2013
|
0,9589
|
Tinggi
|
2014
|
0,9588
|
Tinggi
|
2015
|
0,9587
|
Tinggi
|
Sumber : BPS
Provinsi Jawa Timur (diolah)
4.2 Analisis Tipologi
Klassen
Analisis
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi dan
Klasifikasi Kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur diketahui nilai rata-rata pertumbuhan
ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur selama tahun 2011 sampai
dengan 2015 adalah sebesar 5,857 persen. Kabupeten Sumenep merupakan kabupaten
yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi selama 5 tahun terakhir,
yaitu sebesar 7,608 persen dan kabupaten Bangkalan memiliki rata-rata
pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sebesar 1,322 persen.
Rata-rata
pendapatan per kapita per kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur selama periode
penelitian sebesar 31.329,3 ribu rupiah. Kabupaten Pemekasan memiliki rata-rata
pendapatan per kapita terkecil dibandingkan 38 Kabupaten Kota yang lain yaitu
sebesar 10.114,18 Ribu Rupiah. Kabupaten Kediri memiliki rata-rata pendapatan
per kapita terbesar se-provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 239.574,3 Ribu Rupiah.
Persebaran
Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Timur menurut Tipologi Klassen terlihat
di tabel 4.2. Dari data tersebut terlihat hanya terdapat Sembilan kab/kota atau
23.7 persen yang masuk pada daerah “Daerah Cepat Maju
dan Cepat Tumbuh”, dan sebanyak 28,9 persen berada pada “daerah Maju Tapi
tertekan”. Daerah berkembang Cepat sebesar 2.6 persen. Selanjutnya sebanyak 44,7
persen berada pada “Daerah Relatif tertinggal”.
Pembangunan
daerah yang berbeda-beda merupakan masalah kompleks dam merupakan proses
dinamis. Martin dan Stunley (1998) dikutip oleh Suseno (2015) menyatakan memang
regional convergence merupakan proses
yang berjalan pelan dan terjadi secara kontinyu. Oleh sebab itu di perlukan
kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasinya. Untuk daerah
yang sudah berada di daerah “Daerah
Cepat Maju dan Cepat Tumbuh” diperlukan kebijakan yang menjaga prestasi
tersebut. Kabupaten kediri yang berada di area “Daerah berkembang Cepat” perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini dikarenakan PDRB kabupaten Kediri yang
ditopang oleh industry Rokok hanya merupakan pertumbuhan ekonomi semu, yaitu
pertumbuhan ekonomi dalam pendapatan per kapita yang tinggi namun tidak
menciptakan kesejahteraan rakyat keseluruhan.
Pembangunan
Jembatan Suramadu yang ditujukan untuk mempercepat pembangunan di
Pulau Madura terlihat belum menampakkan hasil yang memuaskan. Jembatan yang
menjadi harapan memperbaiki infastruktur dan ekonomi Kabupaten di Pulau Madura
perlu mendapat perhatian dan kebijakan khusus. Kabupaten di Pulau Madura masih
berada di area daerah maju tapi tertekan dan daerah relative tertinggal.
Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi dalam
klasifikasi kabupaten/kota masih berada pada daerah yang relatif tertinggal.
Hal ini berarti mayoritas kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur merupakan
daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita
lebih rendah dari pada rata-rata kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur.
Tabel
4.2
Persebaran
Tiap Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur menurut Tipologi Klassen
4.3 Hubungan Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Menurut
hipotesis yang dikemukanan Simon Kuznets yang menyatakan bahwa di tahap awal pembangunan
distribusi pendapatan akan semakin tidak merata, namun setelah mencapai tingkat
pembangunan tertentu distribusi pendapatan akan semaki merata. Berikut adalah
data pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar kabupaten kota di
Provinsi Jawa Timur.
Tabel
4.3
Pertumbuhan
Ekonomi dan Indeks Williamson di Provinsi Jawa Timur
Tahun
|
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
Indeks Williamson
|
2011
|
6,1250
|
0,9591
|
2012
|
6,2084
|
0,9590
|
2013
|
6,0524
|
0,9589
|
2014
|
5,5939
|
0,9588
|
2015
|
5,3071
|
0,9587
|
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (diolah)
Trend
pertumbuhan ekonomi menunjukkan penurunan dari tahun 2011 hingga 2015. Trend
pertumbuhan ekonomi sama dengan trend penurunan pada tingkat ketimpangan
pendapatan. Trend pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur terlihat di Gambar
4.2
Untuk
mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan
menggunakan metode Korelasi Pearson. Apabila perubahan variabel yang satu
diikuti dengan perubahan variabel yang lain maka dikatakan berkorelasi. Hasil
perhitungan menggunakan Microsoft Excel untuk korelasi antara pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 sd 2015
menunjukkan angka sebesar 0,8538. Nilai koefisien korelasi yang positif
menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur Naik maka
akan dibarengi dengan ketimpangan pendapatan juga akan naik. Nilai koefisiesn
sebesar 0,8538 menunjukkan korelasi antara pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan
Ketimpangan pendapatan di tahun 2011 hingga 2015 dalam kategori korelasi Sangat
kuat.
Gambar 4.2
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 - 2015
Sumber
: BPS Provinsi Jawa Timur (diolah)
Peran
pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan rakyat melalui pemerataan
pembangunan sangat diperlukan. Pemerintah daerah harus paham secara detil
potensi dan keunggulan komparatif di daerahnya. Menurut
Kuncoro (2013) dikutip oleh Suseno (2015), untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pada saat yang
sama, pemerintah harus melakukan beberapa terobosan: (1) mengalokasikan
sejumlah dana dari kementerian dan instansi pusat, dekonsentrasi, dan bantuan tugas
untuk mentransfer dana ke daerah; (2) meningkatkan investasi publik untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal dan Kawasan Timur Indonesia; (3)
mendorong investasi swasta dengan memberikan kemudahan perizinan dan penyediaan
infrastruktur yang memadai; (4) mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten
untuk menerapkan penganggaran pro-publik daripada anggaran pro-birokrasi.
5. SIMPULAN DAN SARAN
Provinsi
Jawa Timur merupakan Provinsi dengan PDRB tertinggi kedua di Indonesia menghadapi
masalah ketimpangan pendapatan antar kabupaten kota. Indeks Williamson
digunakan sebagai pengukur ketimpangan pendapatan memperlihatkan terjadi ketimpangan yang tinggi di Provinsi
Jawa Timur dari tahun 2011 hingga 2015. Pola pertumbuhan ekonomi menurut
analisis Tipologi Klassen juga menunjukkan ketimpangan di Provinsi Jawa Timur.
Pola pertumbubuhan di provinsi Jawa Timur terlihat mayoritas kabupaten kota
masih berada di daerah relative tertinggal yaitu sebesar 44,7 persen dan hanya 23.7
persen berada pada “Daerah Cepat Maju dan Cepat
Tumbuh”. Nilai Korelasi Pearson
menghasilkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Provinsi
Jawa Timur mempunyai korelasi yang kuat dan nilai koefisiensi bernilai positif
yang berarti apabila pertumbuhan ekonomi naik maka ketimpangan pendapatan juga
akan naik.
Berdasarkan
hasil dari analisis, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah;
1.
Pemerintah daerah perlu
memetakan posisinya berdasar pertumbuhan ekonomi dan ketimpanga pendapatan,
agar tercipta growth with equity,
2.
Pemerintah daerah perlu
menyadari potensi daerahnya agar dapat memaksimalkan keunggulan komperatif.
3.
Peran pemerintah dalam
pemerataan pembangunan infrastruktur dan pendidikan (pembangunan manusia)
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesetaraan pendapatan antar
kabupaten kota di Provinsi Jawa Timur.
4.
Perlu dilakukan penelitian yang
mendukung hasil ini, yaitu penelitian mengenai pengeluaran pemerintah daerah berdasar
sektor-sektor PDRB, apakah pengeluaran pemerintah daerah tersebut sudah mendukung growth with equity atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
BPS
Provinsi Jawa Timur. 2016. Provinsi Jawa
Timur Dalam Angka 2016. Dapat diunduh di : Website
BPS. http: http://jatim.bps.go.id/
BPS
Provinsi Jawa Timur. 2016. Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha
2011-2015. Dapat diunduh di : Website BPS.
http: http://jatim.bps.go.id/
Kuncoro, Mudrajat. 2010. Masalah,
Kebijakan dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta: penerbit Erlangga
Mahardiki,
Doni dan Rokhedi Priyo Santoso. 2013. Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan
dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Propinsi Di Indonesia 2006 – 2011. Journal of Economic
and Policy. Jejak 6(2) : Hal 103 – 213
Ngarambe,
Octavien. 1996. Income
inequality vs. economic growth in United States: Examining causal relations.
DISSERTATION : University
of Kentucky
Nugroho, Budi Satrio. 2014. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Pendapatan Antar Kecamatan. Journal of
Economic and Policy. Jejak 7(1) : Hal 46 – 59
Nurhuda, Rama, MR Khairul Muluk dan Wima Yudo P. 2014. Analisis
Ketimpangan Pembangunan (Studi Di Provinsi Jawa Timur 2005 – 2011). Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 1
Nomor 4 Hal 110 – 119
Suseno, Decky Aji. 2015. Pengembangan Daerah Berdasarkan Tipologi
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Sektor di Wilayah Kedung Sepur. Journal of Economics and Policy. Jejak 8
(1): 1 - 88
Todaro,
Michael P, and Stephen C Smith. 2012. Economoic
Development. Eleventh Edition. Addison-Wesley-Pearson
Lampiran
1.
maaf kak saya mau bertanya terkait perhitungan hipotsis kuznet, apakah boleh minta kontaknya?
BalasHapus